Selasa, 01 Desember 2009

Oreng Madura

3 komentar:

  1. bertaqwa, bermanfaat, bersatu.

    BalasHapus
  2. Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat, walaupun harus sampai berkelana ke negeri Cina. Artinya:belajar itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Okay?

    BalasHapus
  3. PULAU MADURA TERCINTA,
    Orang bilang dia adalah pulau yang asalnya adalah madu segara. Sesuai namanya, doeloe, dia adalah penghasil garam yang diperhitungkan oleh kawan dan lawan. Tapi jangan salah, pulau ini lebarnya sekitar 45 km dan panjangnya sekitar 120 km, melintang barat - timur. Tanahnya asalnya agak gersang, ya segar merangsang, karena sekali minum air sumber asli di pulau garam ini, dia tidak akan pernah beranjak lama dari pulau ini. Beberapa sejarah asal usul dan mitos kewilayahan banyak berakar di pulau ini. Sebut saja misalnya Jokotole, Trunojoyo, Mukra (pahlawan perang kemerdekaan) dan beberapa nama lain, yang bisa ditemukan di beberapa perpustakaan di pulau itu.
    Pulaunya seperti disinggung sebelumnya kecil, tapi kecil-kecil terdiri atas 4 (empat) kabupaten, dari timur ke barat yaitu Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan. Doeloenya ke-empat kabupaten ini membentuk 1 (satu) Karesidenan, yaitu Karesidenan Madura. Pernah juga beberapa saat menjadi Negara Madura (negara serikat bagian dari RIS, bentukan van Mook), seperti halnya negara Pasundan, dan sebagainya. Di zaman era Presiden Gus Dur, pernah di-issukan bahwa Madura akan "memisahkan" diri menjadi negara Madura, jika diperlukan. Namun issu negatif ini kemudian lenyap tanpa bekas.
    Orang Madura, jumlahnya banyak sekali, mungkin sekarang sudah sekitar 15 juta orang, sementara daya dukung kependudukan pulau itu sendiri hanya sekitar 3 juta jiwa. Situasi ini disadari oleh warga Madura sendiri sehingga yang mampu merantau, pada umumnya akan memilih menyebrang pulau. Maka terbentuklah kantong-kantong wilayah "Madura", di banyak pulau dan wilayah terutama yang berbatasan dengan pulau itu. Katakanlah Surabaya dan sekitarnya, Pasuruan, Malang, Jember, Banyuwangi, Jakarta, Bekasi dan sebagainya. Walaupun sudah merantau kemana-mana, pada umumnya para perantau ini akan "mudik" pada hari-hari tertentu, sehingga membuat bisnis angkutan ke Madura menjadi hidup. Pada umumnya juga para perantau akan mendirikan rumahnya di pulau Madura. Rumah-rumah ini akan selalu kosong, tanpa penghuni, kecuali pada hari-hari tertentu si empunya ini "mudik". Ini sudah merupakan adat-istiadatnya. Singkatnya mereka, perantau ini pergi untuk mencari rizki Allah, dan bila sudah dapat maka mereka pakai untuk membangun daerahnya masing-masing. Mungkin pembaca bisa bandingkan dengan negeri-negeri lain tertentu, yang kehidupannya mendekati seperti ini. Negara asal mereka kurang subur dan relatif miskin, tetapi dengan hasil kerja mereka di luar negeri, mereka bisa membangun negaranya dengan baik sehingga tidak kalah dengan negara lainnya.

    BalasHapus